Babak belur saat thawaf

               Setelah Pak Miftah membimbing jamaah dalam melaksanakan thawaf, dalam hatinya terbesit keinginan untuk melaksanakan thawaf sendirian. Ia ingin ,melakukan hal itu dengan maksud agar bisa berdoa dan bertobat kepada Allah secara maksimal. Tidak memikirkan yang lain.


 Untuk melaksanakan niatnya itu, malam-malam sekitar pukul dua, ia turun dari hotel. Di lantai kesekian ia bertemu dengan seorang ibu. Ibu itu bertanya kepadanya. Pak Miftah menjelaskan bahwa ia mau ke bawah. Eh, dikatakan begitu malah ibu itu mau ikut. Dengan halus Pak MIftah menolaknya. Ia tetap ingin thawaf sendirian tanpa gangguan yang lain. Dengan begitu, ia pikir bisa thawaf dengan mantap dan lebih sempurna.



Sesampainya di Masjidil Haram, ia memulai thawaf. Tetapi, apa yang terjadi? seperti ada gelombang manusia yang begitu banyak dan begitu besar. Pada waktu itu ia merasakan thawafnya begitu berat. Ia terhimpit dan terlempar, jam tanganya hilang, kacamatanya patah, serta kancing bajunya pun pada copot. Mukanya memar-memar dan hijau-hijau karena tersikut orang. Pada waktu itu jumlah manusia sepertinya begitu banyak. Wallahu A'lam. Begitu sulit! belum pernah ia merasakan thawaf seberat itu.
Lalu ia teringat pada saat hendak berangka, dia tidak mau menolong orang lain yang jelas-jelas ingin melaksanakan ibadah, Malah ia memilih thawaf sendirian. Rupanya itulah peringatan dari Allah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar